Ember Swords Berjanji Mencapai Lebih Dari $203 Juta untuk Penjualan Tanah Komunitas NFT
Terbaru
Kode warna:
Sia = Hitam Tebal
Jiho = Oranye
Baryu = Kuning
Sihwan = Abu-Abu
Mr. Choi = Merah
Moran = Ungu
Figuran lain = Hijau, dll.
Italic/Miring = tidak diucapkan
Narasi: italics, hitam biasa
—– START —-
“P…pegang-pegang yang ‘lainnya’?”
“Aah. Pake pura-pura nggak tahu💛 Maksudku ya bagian pentingnya cowok“
“T-tutup mulutmu!!!! Dasar bocah!!!!!”“Aku lagi kebetulan aja ngeliat kamu. Pas aku juga lagi lapar. Jadi aku pegang-pegang tanganmu deh.“
“Apa hubungannnya pegang-pegang tangan sama lapar?”
“…………………………………..”
Mendengar itu, Sihwan langsung membatu, dia merasa orang di depannya itu tidak waras
“Kalau kamu niatnya bercanda, silakan cari orang lain saja.”
“Aku mau keluar. Tolong kunci pintunya kalau sudah selesai.”
sambil berkata-kata dalam hatinya, Sihwan berjalan keluar meninggalkan Baryu sendirian di situ
“Benar-benar anak yang aneh. Sebaiknya aku harus jauh-jauh dari dia.”
BLAM!
Baryu masih terduduk memperhatikannya.
“Padahal aku nggak bohong lho.”
Katanya pada dirinya sendiri.
“Yah… biar jujur, nggak mungkin ada orang yang percaya sih.”
“Hmm…?”
Baryu melihat ada benda tertinggal di lantai, bentuknya seperti remote.
“Ini apa ya?”
“Memangnya di dalamnya isinya apa?”
“Isinya ada beberapa lagu-lagu karanganku…”
Tiba-tiba ada seseorang masuk ke ruangan itu…
“Yuuu~~huuu~~ teman-teman~~~~💛“
“UGH! Suara ini!!”, Sihwan langsung membeku, lalu buru-buru pergi dari situ.
“Jay, aku pergi dulu!”
“Hah? Hyung?”
“… kok dia buru-buru begitu sih?”
“………..“
teman Sihwan masih keheranan, sementara Baryu diam saja memperhatikan.
Suatu hari, di kantin.
“Yoon Sihwan! Makan bareng yuk!“
“Aku sudah selesai!”
Kata Sihwan buru-buru menolak ajakan Baryu.
kemudian, di koridor gedung kantor
“Hei! Sihwan! Sebentar lagi kita kelas vokal kan? Bareng yuk…!“
“OGAH!!!!!!”
Kata Sihwan buru-buru menolak ajakan Baryu.
hingga di WC pria
“Waaah!! Sihwan, kamu hebat!!! Punyamu memang benar-benar besar bukan main!!!“
“^#&!@^#(!!”
Sihwan diam dan hanya bisa menggerutu saja melihat barang pribadinya dikomentari Baryu. Terlihat kalau Sihwan benar-benar terganggu olehnya.
Lalu suatu hari, Sihwan sedang menerima telepon.
“Oke. Hyung. Di ruang rapat no. 16 kan? Baiklah, aku tahu.”
“Sekarang aku mau naik lift. Sebentar lagi aku sampai. OK.”
Telepon ditutup, pintu lift pun menutup. Tapi tiba-tiba ada yang datang mencegah pintu lift itu.
“Aaah!! Tunggu!! Tunggu aku!! Aku juga mau ke atas!!“
“Eh? Yoon Sihwan?”
Rupanya dia Baryu lagi. Sihwan sampai keheranan dan berkata-kata dalam hatinya
“Huff. Kok bisa lagi-lagi ketemu bocah ini?”
Berdua saja di dalam lift, mereka berbicara:
“Kayaknya kita sulit banget yah mau ketemuan dan ngobrol bareng?“
“Memangnya ada perlu apa kita ketemuan dan berbicara?”
“Iya juga sih~“
“Eh, kamu mau ke lantai 16? Dipanggil rapat sama atasan ya? Dengar-dengar katanya mereka mau bikin grup baru. jangan-jangan rapatnya tentang ini ya? Semoga saja hasilnya bagus.”
“………..Aku sih tidak punya keinginan untuk sampai naik ke panggung”
“Hm? Kalau gitu, kamu inginnya apa dong?”
“………..menulis lagu.”
“Di dunia seperti ini, sulit sekali menggantungkan kemampuan diri sendiri dan sukses dengan menciptakan lagu sendiri.”
“kamu harus dikenal dan punya nama dulu… itulah sebabnya aku memilih jalur hidup ini.”
“tapi kadang aku masih ragu, apa jalan yang kupilih ini benar.”
“…Oh.”
“Kalau ekspresimu seperti waktu di ruang rekam, aku rasa kata-katamu ada benarnya.”
“Tapi aku merasa kamu nggak salah jalan kok.”
“Anggap saja ini sebagai salah satu batu loncatan, supaya suatu saat orang-orang bisa mendengar lagu karanganmu.”
“Demi mendapatkan apa yang benar-benar kita inginkan, tidak ada salahnya kita mengambil jalan memutar sedikit. Ya kan?”
“Enak sekali kamu bisa sesantai itu, aku jadi iri.“
“Mana mungkin… begini-begini aku juga punya kesusahan…”
JEGREK!!! Tiba-tiba lift berhenti!
“A, ada apa ini? Suara apa barusan….“
“Liftnya berhenti ya?”
“M, masa kita mau jatuh???“
“Di sini lift nomor 2. Liftnya tiba-tiba berhenti.”
Operator: “Tunggu sebentar, kami akan segera memeriksa.”
lalu Sihwan menoleh ke arah Baryu
“Kita tunggu di sini sebentar. Sebentar lagi pasti akan beres kembali…”
DEG!!!! Sihwan terkejut!
Tiba-tiba Baryu membungkuk kesakitan memegang dadanya.
“Hei!!! Kamu kenapa?? Kamu nggak apa-apa?!”
“Apa kamu masih sadar?! Kamu sakit?!”
“Uhuk- Uhuk-“
“…aku takut sekali… aku punya penyakit gangguan gelisah… di saat-saat seperti ini… aku….”
“Bertahanlah, ambillah nafas dulu.”
“Huff…. huff…“
“……………..”
“Kemarilah, pegangan padaku.”
lalu Sihwan membantu Baryu berdiri
“Jangan khawatir. Tidak mungkin ada apa-apa.”
“Kamu… bukannya pernah bilang kalau kamu vampir, kan?”
Sihwan memeluk Baryu berharap bisa menenangkannya, tangannya memegang tangan Baryu
“Jadi…”
“Ini, kuberikan tenagaku padamu, dengan begini kamu bisa baikan sedikit, kemarikan tanganmu.”
“Sihwan……..“
“Maaf ya, sebenarnya aku nggak punya sakit apa-apa kok.”
Kata Baryu dengan polosnya, disambut kagetnya Sihwan.
“Bocah gila!!! Bisa-bisanya bercanda di saat begini!?”
“Kamu kira saat-saat seperti ini saatnya bercanda?!!!”
“Hehe, ternyata kamu perhatian sekali sama aku yah? Ternyata aku memang benar-benar berkharisma, tidak peduli cowok cewek, semuanya suka aku…“
“Tutup mulutmu. Aku tidak berminat bercanda.”
“Lagian aku ini tidak cocok dengan orang seperti kamu.”
“……………….“
Baryu terdiam sejenak, lalu tersenyum…
dan mulai bernyanyi.
Sihwan terkejut.
“Kamu…. lagu itu….”
“Sejak dulu aku sudah menunggu-nunggu kesempatan buat mengembalikannya lho”
“Maaf, aku sudah mendengarkan isinya tanpa ijin dari recordermu ini.”
“Lagunya bagus lho. Jadi langsung aku pakai buat latihan.”
“Walaupun liriknya aku karang-karang sendiri sih.”
“…………………………….”
Sihwan masih terkesima. Lalu tiba-tiba dia mendekat pada Baryu, hingga membuatnya terpojok ke dinding. Lalu BRAK! Kedua tangan Sihwan menepuk dinding dan membuat Baryu tidak bisa keluar (kabe-don position)
“Kamu….. ayo lakukan itu sama aku!!!!”
Mendengar kata-kata yang sangat ambigu itu, Baryu menjawab
“Ehh?! Tunggu dulu… memang sih aku ini cakep… tapi kalau sama cowok aku juga agak…”
“Laguku itu… Bantu aku menyanyikannya terus!”
“Itu suara yang sesuai dengan yang kubayangkan selama ini.”
“Mungkin saja melebihi apa yang kubayangkan selama ini”
“Aku ingin melakukannya bersamamu… bantu aku menyanyikannya terus, aku pasti bisa menulis lagu-lagu yang bagus.”
“Tidak peduli kamu vampir atau apa, semua itu tidak ada bedanya… jadi, tolong lakukanlah bersamaku!”
Baryu masih keheranan melihat Sihwan. Lalu dia mengiyakan.
“….Baiklah”
“Tapi, dengan satu syarat.”
“…syarat?”
“Kamu harus mau jadi temanku.”
“Dengan begitu, aku baru bisa menyanyikan lagu-lagu ciptaanmu.”
“Kalau sama kamu… aku rasa tidak akan apa-apa.”
“…emmm…. boleh minta syarat lainnya saja nggak? kalau berteman…. rasanya agak….”
“Hahaha-! Pintu liftnya udah kebuka tuh, keluar yuk!”
“Dengan begini kita sudah jadi teman ya! Mengerti kan?”
Sihwan masih di dalam lift dan tercengang, lalu kemudian tersenyum dan menjawab.
“……… baiklah”
“Memangnya kalau jadi temanmu harus berbuat apa?”
“Kalau aku capek, pegang tanganku, selalu berdiri di dekatku, mungkin kaya gitu?”
“Rasanya seperti aku yang rugi….”
“Nggak dong! kan aku juga nyanyiin lagumu. Ini hebat kan? Wah senangnya.”
kembali ke masa kini. Rupanya Baryu ada di sebuah Bar, minum-minum dan memikirkan masa lalunya itu.
“Sihwan, dia satu-satunya manusia yang menerima keberadaanku. Membuatku jadi senang.”
“Tapi, di saat yang sama, dia juga seorang manusia.”
“Masa kecilku…. lalu juga gadis itu yang kusuka…..”
“Semuanya direbut oleh kaum mereka…”
“Yoon Sihwan, ini cuma gara-gara kamu manusia…”
“Itu sebabnya… aku tidak ingin dilukai manusia lagi”
“Aku… benci manusia…”
ada seseorang datang di Bar itu, seorang vampir pria bermata merah memakai jas…. dia memanggil Baryu.
“Wah, siapa ini ya?”
“Tidak kusangka kita bertemu di tempat ini. Benar-benar takdir.”
“Hai bocah.”
Baryu menoleh, yang datang rupanya adalah Mr. Choi
dan ceritanya bersambung ke episode berikutnya.
—– TO BE CONTINUED —-